King of Spades

King of Spades
My obsession victim.

Kamis, 16 Agustus 2012

Crazy Tour in Indonesia (a Hetalia fanfic)


Kirana : .......maji ka.... *tampang shock*

Qiao : Hn? *naikkin satu alis mata* Kenapa?

Kirana : Yaaaa gue ga percaya aja gitu kalo dulu karya gue se-gaje ini. *tunjuk naskah lama Indonesia’s Journey With All Nation*

Qiao : .... Jelas ga-je. Orang penulisnya juga ga-je.

Kirana : Bukannya elu juga nulis?

Qiao : Tugas gue cuma ngetik.

Kirana : .......

Agi : DAN KENAPA GUE SELALU DATENG PALING BELAKANG?! LAMA-LAMA GUE BIKIN PAIR INCEST KIRANA X QIAO DEH KALO GUE PALING BELAKANGAN! PASTI SELALU KALIAN BERDUA DULU! UDAH DEH, KALO EMANG DUNIA MILIK BERDUA GUE GA AKAN GANGGU! *ngamuk*

Kirana : ....... *bisikkin sesuatu ke Qiao*

Qiao : .... Setuju.

Agi : ..... Apa?

Kirana + Qiao : Nggak. Bukan apa-apa. Lanjutin aja.

Agi : Hmph. *sigh* Kami tidak berhak meng-klaim apapun di fanfic ini. Karakter, tempat, ataupun nama-nama yang ada di sini. Semua yang di sini bukan dimaksudkan untuk promosi, tapi untuk hiburan semata.

==== Crazy Tour in Indonesia ====
Prolog : Sebuah Tugas Dari Boss
==== Crazy Tour in Indonesia ====

Pagi menjelang. Suara kicauan burung di kediaman ke-34 personifikasi dari semua daerah di Indonesia (33 provinsi plus Indonesia sendiri) mulai terdengar. Membangunkan para penghuni sebuah rumah besar di daerah selata Jakarta itu.

Termasuk personifikasi negara tercinta kita Indonesia—Kartika. Segera setelah dia menghajar(?) jam wekernya yang ikut merusuhkan pagi ini, Kartika bangkit dari ranjangnya untuk menyambar handuk dan mandi. Setelah selesai, dia segera memakai baju resmi dan berjalan ke ruang makan, tempat dimana adik-adiknya sudah menunggu.

“Selamat pagi, kak Tika.” sapa Ni Putu, personifikasi provinsi Bali, sambil tersenyum ke arah kakaknya itu.
Kartika hanya balas tersenyum sebelum mengambil tempat duduk di antara Rezza—personifikasi Maluku Utara—dan Dimas—Yogyakarta. Dia segera melahap sarapannya dengan sangat rakus, membuat semua adik-adiknya memandangnya sambil sweatdrop. Ah, ya sudahlah. Namanya juga Indonesia. Segera setelah semua lauk dan nasi di piringnya habis, Kartika membawa piringnya ke dapur untuk dicuci dan mencuci tangannya sebelum berjalan ke pintu—hendak berangkat.

“Kak Kartika, mau kemana?” tanya Forysca—personifikasi Jawa Timur.

Kartika menoleh sebentar ke arah Forysca, “Ke Istana Negara. Boss udah nunggu. Berangkat, ya!” pamit Kartika yang disambut anggukan adiknya itu.

==== Crazy Tour in Indonesia ====

Setelah sampai di Istana Negara, Kartika langsung berlari menuju ruang dimana Boss-nya sudah menunggu. “Selamat pagi, Pak!” seru Kartika begitu memasuki ruangan tersebut.

“PAGI?! ‘PAGI’, KAU BILANG?! LIHAT KELUAR! SUDAH JAM BERAPA INI, HAH?!”

Boss Indonesia meledak saat itu juga.

“M-m-maaf, Pak... Ta-ta-tadi....err....jam weker saya nggak bunyi. Ternyata rusak. Jadi kesiangan, deh. Eheheh...” Kartika tertawa hambar sambil menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya.

Namun dia malah mengkeret di bawah tatapan maut sang Boss. “Saya tidak peduli. Hukumanmu menyusul nanti karena saya punya tugas untukmu.” desis Boss-nya.

‘Ampun, Pak...’ batin Kartika meratap.

“T-t-tugas apa, Pak?” tanya Kartika takut-takut. Boss-nya sangat menyeramkan sekali kalau sedang mengamuk. Dan jika Kartika berkata ‘sangat menyeramkan sekali’, itu artinya ‘sangat menyeramkan sekali’.

Namun beruntungnya Kartika, amukan sang Boss berhenti di situ. Pria paruh baya itu berdeham, “Mulai besok hingga 10 minggu ke depan, kau harus—dan saat saya bilang harus, itu artinya harus—memandu para negara lain yang akan datang ke sini. Ada 10 kelompok negara dan masing-masing berisi empat—kecuali kelompok terakhir. Dan artinya akan ada 10 tempat yang akan dikunjungi. Nanti sore akan kukirimkan detail-nya.” jelas Boss-nya.

“S-se-serius, Pak?”

Kartika lagi-lagi mengkeret di bawah tatapan Boss-nya.

“Me-mengerti, Boss. Sa-saya akan segera memberitahukan ini pada yang lain.” kata Kartika ngeri sebelum beranjak pergi.

Sang Boss mendengus, “Bocah itu... Apa darah ‘ngaret’ dan ‘mager’ sudah menurun di dalamnya?” gerutunya sebelum mulai mengerjakan tugas-tugasnya yang menumpuk.

==== Crazy Tour in Indonesia ====

Sorenya, tepat seperti yang dibilang Boss, Kartika mendapat daftar kelompok beserta tempat mereka berkunjung. Kartika dibarengi adik-adiknya melihat semua nama di daftar itu. Reaksi mereka ada macam-macam. Sebagian besar tertawa laknat. Beginilah daftar kelompok yang dibuat Boss :

Kelompok 1 – NAD
Feliciano Vargas, North Italy
Ludwig, Germany [1]
Kiku Honda, Japan
Heracles Karpusi, Greece

Kelompok 2 – Sumatera Selatan
Willem van Anderson, Netherland
Catharine von Anderson, Belgium
Wang Yao, China
Ivan Braginski, Russia

Kelompok 3 – Jawa Timur
Gilbert Beilschmidt, Prussia
Matthew Williams, Canada
Antonio Fernandez Carriedo, Spain
Lovino Vargas, South Italy (Romano)

Kelompok 4 – DI Yogyakarta
Francis Bonnefoy, France
Natalya Arlovskaya, Belarus
Berwald Oxenstierna, Sweden
Tino Väinämöinen, Finland

Kelompok 5 – Bali
Vash Zwingli, Switzerland
Lili Zwingli, Liechtenstein
Elizaveta Hedervary, Hungary
Roderich Edelstein, Austria

Kelompok 6 – Jawa Barat
Arthur Kirkland, England
Alfred F. Jones, America
Im Yong Soo, South Korea
Wang Leon Xiang, Hong Kong

Kelompok 7 – Jawa Tengah
Alexander Bosco, Norway
Mathias Kohler, Denmark
Toris Lorinaitis, Lithuania
Feliks Lukasiewicz, Poland

Kelompok 8 – Sumatera Utara
Peter Kirkland, Sealand
Sadiq Adnan, Turkey
Issabella Sey Gladice, Seychelles
Zazziel Alstreim, Wy

Kelompok 9 – Sumatera Barat
Kyriel van Anderson, Louxemburg
Selena Eriseta, New Zealand
Johnson Eriseta, Australia
Roberto Seredio, Brazil

Kelompok 10 – DKI Jakarta
G-8 Nation
ASEAN Nation
Nordic Nation
Baltic Nation
Union Soviet

“.....”

Nabsen, sang personifikasi Aceh, menyeringai kecil. “Lucky me. Double fanservices.” katanya.
Nabiilah, personifikasi Sumatera Selatan, merengut. “Kebagian si Kolkohz dan kompeni itu, deh.” gumamnya.

Forysca, sosok imut-imut chibi personifikasi Jawa Timur, tersenyum sumringah. “YOSHA! DAPET PRUCAN SAMA SPAMANO! GUUUUYYYYSSSSSSS SO MUCH WIN!” teriaknya bahagia.

Dimas, di lain pihak, terlihat sangat tersiksa. “Plis, kak Kartika, jangan seret adikmu yang cakep dan baik ini untuk melihat ‘itu’. Plis. Udah cukup pas ulang tahunku tahun lalu kakak nyeret aku buat ikutan nonton video GerIta. Plis. Jangan bikin aku mual.” ulangnya berkali-kali. Poor Dimas, personifikasi Yogyakarta yang CoretShotaCoret trauma akan yaoi.

Ni Putu terlihat tenang-tenang saja, “AusSwiss, nee? Not bad.” katanya.

Ide—personifikasi Jawa Tengah—nyengir, “NorDenNor dan LietPol.” katanya bangga.

Rafif, personifikasi Sumatera Utara yang berbadan....errr....besar, hanya menghembuskan nafas lega. “Terima kasih, Tuhan, tidak ada pairing...” gumamnya penuh rasa haru.

Ainnur hanya tersenyum tenang, “Jadi nggak sabar.” katanya. Apa sejauh ini hanya dia yang bersikap normal?

Bagus—personifikasi Jakarta—menatap Kartika dalam-dalam, “..... Apa bisa aku bertukar dengan salah satu dari mereka yang tidak kebagian tugas ini dalam menjadi personifikasi? Mengingat banyak nation dalam bagianku, pasti akan banyak....err....”

Ya, semua adik laki-laki Kartika punya trauma akan BL.

Dari semua yang kelihatan senang, rupanya ada satu orang yang benar-benar bahagia. “UKUSUK DAN HKSK ASDFGHJKLAGEODAZNVCIEWBSJLSK SO HAPPY SO GOOD I COULD DIE!”
Dan, yup, hanya Ainnur yang bersikap normal.

==== Crazy Tour in Indonesia ====

“TIDAK ADA TAPI-TAPIAN, GANTI TUGAS, MEMUNDURKAN DIRI, ATAU SEBAGAINYA.”

Dan titah itu adalah titah terakhir Kartika untuk hari ini, sekaligus titah yang harus dituruti, dilaksanakan, dan dihayati bila tidak ingin mati konyol dengan bambu runcing menembus rongga dada bagian kiri.

Sungguh, Indonesia adalah negara yang menyenangkan tapi juga mematikan.

Kartika menghela nafas. Mengecek apakah jam wekernya sudah diset, dan mengecek sekali lagi untuk memastikan waktu yang sudah di-set-nya di jam itu. Setelah yakin, Kartika pun menarik selimutnya hingga menutupi leher dan mematikan lampu sebelum tertidur pulas.

Tidak sabar menanti esok hari.

==== Crazy Tour in Indonesia ====
Prolog : End
==== Crazy Tour in Indonesia ====

[1] = Because, well.... Secara official, Ludwig nggak punya marga/nama keluarga. Just a plain Ludwig.

Agi : *sibuk bandingin naskah lama dan naskah baru* ...... Selain ganti pairing, ganti apa lagi nih? Bener-bener remake. Niat amat sih.

Kirana : *tetep diem*

Agi : ... Oi. Kirana-nee. Qiao-nii. Kalian yakin nggak mau ngomong apa-apa buat A/N?

Qiao : *bergeming*

Agi : .... Bocah ga takut kesurupan apa ya. Terserah deh. Trus ngapain ya?

America : *ga sengaja lewat*

Agi : AH! AMERICA! *America nengok* SINI DULU BENTAR!

America : Apaan?

Agi : Mintain review gih. Ntar gue beliin hamburger. Lu kan artis di bawah Haliburton Co. juga. xD

America : Halah, perusahaan ga-je itu dibawa-bawa lagi. *sigh* Minna-san, please Read and Review fanfic hasil remake, recycle, reuse, dan reduce(?) ini ya~ Makasih~ Nah, tuh, udah. Mana hamburger-nya?

Agi : Nih. *kasih hamburger*

America : HAMBURGER~!

Agi :  See you in the next chap! *wink*

1 komentar: